kondisi-memprihatinkan-di-rafah-setelah-5-bulan-perang-israel-hamas

saintgeorgesflushing – Lima bulan setelah perang antara Israel dan Hamas pecah, kota Rafah di Gaza Selatan menjadi tempat perlindungan bagi hampir setengah dari populasi Gaza. Sebelum perang, Rafah dihuni oleh sekitar 275.000 orang. Namun, kini populasi kota ini telah melonjak hingga lebih dari 1 juta orang, bahkan ada yang memperkirakan mencapai 1,4 juta orang.

Rafah, yang hanya memiliki luas sekitar 25 mil persegi, kini menjadi tempat tinggal bagi jumlah penduduk yang setara dengan kota-kota besar di California seperti San Diego atau San Jose, namun dengan kepadatan yang jauh lebih tinggi1. Kondisi ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Banyak keluarga tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan terpaksa tinggal di bawah terpal, selimut, atau gubuk-gubuk darurat.

Harga makanan di Rafah telah melonjak drastis. Sebuah karung tepung 55 pon yang sebelum perang dijual seharga sekitar $10, kini dijual dengan harga hingga $1001. Kondisi ini menyebabkan malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak. Menurut UNICEF, sekitar 600.000 anak di Rafah mengalami malnutrisi akut, yang membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit.

Sebelum perang, Gaza sudah menghadapi masalah pasokan air. Namun, perang telah memperburuk situasi ini. Kekurangan bahan bakar telah menghambat operasi desalinasi, sehingga banyak penduduk Rafah terpaksa minum air asin dan terkontaminasi1. Kondisi sanitasi juga sangat buruk, dengan ratusan orang harus berbagi satu toilet atau shower dalam waktu yang lama.

Rafah juga menjadi sasaran serangan udara dan darat oleh Israel. Serangan-serangan ini telah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Menurut laporan, setidaknya 31 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru di Rafah. Serangan-serangan ini telah membuat kondisi kemanusiaan di Rafah semakin memburuk.

kondisi-memprihatinkan-di-rafah-setelah-5-bulan-perang-israel-hamas

Meskipun ada upaya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui perbatasan Rafah dengan Mesir, jumlah bantuan yang masuk masih sangat terbatas. Banyak warga yang terpaksa mengungsi ke daerah lain atau tinggal di tenda-tenda darurat.

Dengan adanya gencatan senjata yang baru-baru ini disepakati, ada harapan bahwa situasi di Rafah dan Gaza secara keseluruhan akan membaik. Namun, tantangan untuk membangun kembali kota yang hancur dan mengatasi krisis kemanusiaan yang parah masih sangat besar.

Kondisi di Rafah setelah lima bulan perang Israel-Hamas sangat memprihatinkan. Kepadatan penduduk, krisis pangan, kesehatan, dan sanitasi, serta serangan udara dan darat telah menciptakan situasi kemanusiaan yang sangat buruk. Meskipun ada harapan dengan adanya gencatan senjata, upaya besar masih diperlukan untuk membantu warga Rafah dan Gaza secara keseluruhan untuk pulih dari dampak perang ini.