saintgeorgesflushing – Ribuan warga Palestina memadati kota Ramallah, Tepi Barat, pada Kamis malam (30/1/2025) untuk menyambut para tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Kesepakatan ini mencakup pembebasan 110 tahanan Palestina yang telah lama ditahan di penjara-penjara Israel.
Para tahanan yang dibebaskan tiba di Ramallah dengan menggunakan dua bus. Mereka disambut dengan sorak-sorai dan yel-yel oleh kerumunan massa yang telah menunggu berjam-jam. Beberapa orang bahkan naik ke atas bus untuk menyambut para tahanan yang baru saja dibebaskan. Keluarga para tahanan yang dibebaskan juga hadir, dengan banyak di antara mereka menangis haru saat bertemu kembali dengan anggota keluarga yang telah lama ditahan.
Salah satu tahanan yang paling menonjol yang dibebaskan adalah Zakaria Zubeidi, mantan komandan Brigade Syuhada Al-Aqsa di Jenin, Tepi Barat. Sebelum pembebasannya, Zubeidi diberi peringatan oleh agen keamanan domestik Israel, Shin Bet, bahwa ia akan “dihancurkan” jika kembali melakukan aktivitas militan.
Pembebasan ini sempat tertunda selama tiga jam atas instruksi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang marah karena kericuhan selama pembebasan beberapa sandera Israel di Gaza sebelumnya. Netanyahu menuntut jaminan keamanan lebih lanjut dari para mediator kesepakatan gencatan senjata.
Selain di Ramallah, penyambutan serupa juga terjadi di kota Beitunia, dekat Penjara Ofer. Namun, penyambutan di Beitunia berlangsung dengan penuh ketegangan. Pasukan Israel menyatakan daerah tersebut sebagai zona militer tertutup, mencegah keluarga berkumpul untuk menyambut para tahanan yang dibebaskan. Tentara Israel menembakkan peluru tajam dan gas air mata ke arah warga yang mencoba mencapai lokasi tersebut, menyebabkan setidaknya 20 orang terluka, termasuk tiga yang terkena peluru tajam.
Di antara para tahanan yang dibebaskan, terdapat 32 orang yang menjalani hukuman seumur hidup, 48 orang dengan berbagai hukuman penjara, dan 30 anak-anak. Salah satu tahanan yang dibebaskan adalah Haitham Jaber, yang telah dipenjara selama 23 tahun. Ibu Haitham, Huda Abdel Rahim Jaber, mengungkapkan perasaannya yang tak terlukiskan saat bertemu kembali dengan putranya setelah 15 bulan tidak bertemu.
Sementara itu, Hanan Awwad dari Kota Idhna juga merasakan campuran perasaan antara senang dan sedih saat melihat putranya, Ezzedine, dibebaskan setelah menjalani 11 tahun dari hukuman 27 tahun. Namun, suaminya, Ziad Awwad, tetap dipenjara seumur hidup, dan putranya yang lain, Hassan, ditahan dalam tahanan administratif.
Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas antara Israel dan Hamas, yang mencakup pertukaran tahanan dan sandera. Kesepakatan ini diharapkan dapat membawa kedamaian yang lebih stabil di wilayah tersebut, meskipun masih ada tantangan besar yang harus dihadapi.