saintgeorgesflushing – Perusahaan multinasional GreenPoly Asia Pacific, produsen bahan baku plastik daur ulang terkemuka asal Singapura, resmi menginvestasikan dana sebesar Rp115 miliar untuk membangun pabrik di KIT Batang. Proyek ini menjadi investasi hijau terbesar di sektor industri plastik Jawa Tengah sepanjang 2025.
Detail Investasi
- Nilai Investasi: Rp115 miliar (termasuk teknologi daur ulang chemical recycling generasi ke-3).
- Luas Lahan: 10 hektar di sektor C KIT Batang.
- Kapasitas Produksi: 50.000 ton/tahun pellet plastik daur ulang (rPET dan rHDPE).
- Tenaga Kerja: Menyerap 1.200 pekerja lokal, dengan 30% prioritas bagi warga Batang.
- Target Pasar: Ekspor 70% ke Jepang, Australia, dan Eropa; 30% untuk kebutuhan dalam negeri.
Pernyataan Resmi
- CEO GreenPoly Asia Pacific, Lee Wen Jie:
“Kami memilih Batang karena infrastruktur pelabuhan Tanjung Intan yang strategis dan komitmen Pemerintah Indonesia dalam transisi energi hijau.” - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita:
“Investasi ini sejalan dengan peta jalan Industri Hijau 2045. Kami berikan insentif pajak 10 tahun dan kemudahan perizinan berbasis risiko.” - Bupati Batang, Wihaji:
“Kami siapkan program pelatihan green skills bagi calon pekerja melalui kolaborasi dengan SMK di Batang.”
Dampak Lingkungan dan Ekonomi
- Mengurangi impor bahan baku plastik daur ulang senilai Rp800 miliar/tahun.
- Menekan sampah plastik di TPA regional Jawa Tengah hingga 15.000 ton/tahun.
- Meningkatkan PAD Batang melalui pajak daerah sebesar Rp28 miliar/tahun.
Teknologi Unggulan
Pabrik ini akan menggunakan sistem Advanced Chemical Recycling yang mampu mengolah sampah plastik multilayer (seperti kemasan saset) menjadi bahan baku murni. Teknologi ini pertama di Asia Tenggara dengan tingkat emisi karbon 40% lebih rendah daripada metode konvensional.
Proyeksi Ekspansi
GreenPoly berencana menambah investasi tahap II senilai Rp200 miliar pada 2027 untuk memproduksi bioplastik dari limbah pertanian Jawa Tengah.
Aktivis lingkungan Walhi Jawa Tengah mengingatkan: “Pemerintah harus pastikan audit limbah ketat. Jangan sampai investasi hijau jadi greenwashing.”
Dengan groundbreaking direncanakan Mei 2025, proyek ini diprediksi memperkuat posisi Indonesia sebagai hub industri daur ulang terdepan di Asia Pasifik.