saintgeorgesflushing – Insiden tragis terjadi di jantung ibu kota Kenya, Nairobi, pada Jumat (12 Juli 2024). Konvoi kendaraan pengawal Presiden William Ruto diduga menabrak dan menewaskan John Carter (34), ekspatriat asal Inggris yang bekerja sebagai konsultan lingkungan. Kecelakaan ini memicu gelombang protes dari warga dan komunitas internasional. Mereka menuding kelalaian protokol keamanan sebagai penyebab utama.
Kronologi Insiden
Kejadian berlangsung sekitar pukul 10.30 waktu setempat di Jalan Mombasa, jalur utama yang menghubungkan Bandara Internasional Jomo Kenyatta dengan pusat kota. Saksi mata melihat konvoi presiden terdiri dari 12 kendaraan bergerak dengan kecepatan tinggi (diperkirakan 120 km/jam) tanpa menyalakan sirine atau memberi peringatan memadai. Mobil pengawal nomor 4 dalam iring-iringan menabrak Carter yang sedang menyebrang jalan di zebra cross.
“Dia terlempar sekitar 15 meter. Tim medis tiba 20 menit kemudian, tapi nyawanya tidak tertolong,” kata Maria Omondi, pedagang kaki lima yang menyaksikan kejadian. Polisi setempat mengonfirmasi korban meninggal di tempat akibat cedera kepala parah.
Protes dan Tuntutan Investigasi Independen
Keluarga Carter dan puluhan aktivis HAM menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Kenya di London dan Kantor Kepresidenan Nairobi pada Senin (15/7). Mereka menuntut tiga hal:
- Pemberhentian sementara kepala pengawal presiden.
- Investigasi independen oleh pihak ketiga.
- Kompensasi bagi keluarga korban.
“John adalah ahli lingkungan yang dedikasi. Kelalaian pengawal yang mengabaikan hak pejalan kaki merenggut nyawanya,” ujar Sarah Carter, adik korban, dalam konferensi pers.
Respons Pemerintah Kenya
Juru bicara kepresidenan Kenya, Isaac Mwaura, meminta maaf secara resmi tetapi membantah pelanggaran protokol. “Konvoi sedang dalam misi darurat menuju lokasi rapat penting. Tim pengawal telah mengikuti prosedur standar,” klaimnya.
Dokumen internal yang bocor ke media mengungkap bahwa rute konvoi seharusnya menghindari Jalan Mombasa pada jam sibuk. Patroli jalan raya juga tidak menerima pemberitahuan sebelumnya tentang pergerakan iring-iringan presiden.
Dampak Diplomatik
Kedutaan Besar Inggris di Nairobi memanggil Menteri Luar Negeri Kenya untuk meminta penjelasan resmi. Duta Besar Inggris untuk Kenya, Jane Marriott, menekankan: “Kami mengharapkan transparansi penuh. Kenya harus melindungi nyawa warga kami, termasuk di sini.”
Potensi Gangguan Hubungan Bilateral
Insiden ini berisiko mengganggu hubungan Kenya-Inggris, terutama dalam kerja sama lingkungan dan investasi senilai £3,2 miliar (Rp63 triliun). Carter merupakan bagian dari proyek hijau yang didanai Inggris untuk restorasi Taman Nasional Nairobi.
Prosedur Pengawalan yang Dipertanyakan
Ahli keamanan kenamaan Kenya, Major (Purn.) David Kasanga, mengkritik sistem pengawalan presiden yang “terlalu agresif”:
- Konvoi kerap melaju melebihi 100 km/jam di area urban, melanggar aturan maksimal 60 km/jam.
- Pengawal menggunakan jalur berlawanan arus tanpa koordinasi dengan polisi lalu lintas.
- Pelatihan pengemudi pengawal tidak mengedepankan keselamatan publik.
Komisi Hak Asasi Manusia Kenya (KNCHR) membuka kasus pelanggaran HAM terhadap unit pengawal presiden. Keluarga Carter, didampingi pengacara internasional, bersiap mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Kenya.
Masa Depan Protokol Keamanan
Presiden Ruto berencana mereformasi tim pengawalnya. Rencana meliputi:
- Pelatihan ulang seluruh pengemudi dengan simulasi skenario darurat.
- Pemasangan GPS dan dashcam di semua kendaraan pengawal.
- Larangan penggunaan jalur cepat kecuali dalam kondisi kritis.
Tragedi ini mengingatkan publik pada insiden serupa tahun 2018, ketika konvoi Wakil Presiden Kenya menewaskan dua siswa di Nakuru. Namun, hingga kini, belum ada pejabat yang menghadapi pengadilan atas kelalaian protokol keamanan.
Sebagai negara yang mengandalkan citra demokratis dan ramah investasi, Kenya kini berada di bawah tekanan untuk menyelesaikan kasus ini secara transparan. Nyawa John Carter mungkin telah hilang, tetapi tuntutan akan sistem keamanan yang lebih manusiawi terus bergema di seluruh Nairobi.