saintgeorgesflushing – Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan penuh dinamika. Dari masa pelarangan di era Soeharto hingga pengakuan resmi dan perayaan yang meriah di era Gus Dur, perjalanan perayaan Imlek di Indonesia mencerminkan perubahan sosial dan politik yang signifikan.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, perayaan Tahun Baru Imlek dilarang secara resmi. Larangan ini bermula dari kebijakan asimilasi yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru untuk mengintegrasikan masyarakat Tionghoa ke dalam budaya mayoritas. Perayaan Imlek dianggap sebagai simbol kebudayaan Tionghoa yang perlu dihapuskan untuk menciptakan kesatuan nasional.
“Pelarangan perayaan Imlek di era Soeharto adalah bagian dari kebijakan asimilasi yang diterapkan pemerintah. Masyarakat Tionghoa ditekan untuk tidak menunjukkan identitas budaya mereka secara terbuka,” ujar Sejarawan Universitas Indonesia, Dr. Budi Santoso.
Selama masa pelarangan ini, perayaan Imlek dilakukan secara tertutup dan terbatas di lingkungan keluarga. Simbol-simbol khas Imlek seperti lampion merah, angpau, dan hiasan naga tidak terlihat di ruang publik.
Perubahan signifikan terjadi pada tahun 2000, ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 yang mencabut larangan perayaan Imlek. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya Gus Dur untuk menghormati dan mengakui hak-hak semua kelompok etnis di Indonesia, termasuk masyarakat Tionghoa.
“Gus Dur adalah sosok yang sangat progresif dalam hal pengakuan hak-hak minoritas. Beliau memahami pentingnya kebebasan beragama dan budaya bagi semua warga negara,” ujar Dr. Budi Santoso.
Sejak saat itu, perayaan Imlek di Indonesia mulai dirayakan secara terbuka dan meriah. Simbol-simbol khas Imlek kembali terlihat di berbagai tempat, termasuk di pusat-pusat perbelanjaan, tempat ibadah, dan ruang publik lainnya. Perayaan Imlek menjadi momen yang dinantikan oleh seluruh masyarakat, tidak hanya oleh komunitas Tionghoa tetapi juga oleh masyarakat luas.
Perayaan Imlek di Indonesia kini menjadi bagian integral dari kalender budaya nasional. Berbagai acara dan festival diadakan untuk merayakan momen ini, termasuk pertunjukan seni, parade budaya, dan bazar kuliner.
“Perayaan Imlek tidak hanya menjadi momen penting bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga menjadi kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk merayakan keragaman budaya. Ini adalah wujud nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Wilson Tan.
Sejarah perayaan Imlek di Indonesia mencerminkan perjalanan panjang dari masa pelarangan hingga pengakuan dan perayaan yang meriah. Dari era Soeharto hingga Gus Dur, perubahan kebijakan ini menunjukkan pentingnya pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak semua kelompok etnis di Indonesia. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, perayaan Imlek kini menjadi momen yang dirayakan dengan penuh sukacita dan kebersamaan oleh seluruh masyarakat.