saintgeorgesflushing – Kelompok Hamas menyatakan kesediaan untuk membebaskan dua sandera warga negara ganda Amerika-Israel serta menyerahkan jenazah empat warga asing berkewarganegaraan ganda sebagai bagian dari proposal gencatan senjata baru. Pengumuman ini disampaikan juru bicara Hamas, Abu Ubaida, melalui siaran televisi Al Jazeera, Selasa (18 Juni 2024), menanggapi inisiatif perdamaian yang difasilitasi Qatar dan Mesir.
Detail Proposal
Menurut dokumen yang bocor ke media, kesepakatan itu mencakup:
- Pembebasan Yarden Bibas (34) dan Sigal Cohen (29), dua sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.
- Penyerahan jenazah empat warga asing tewas selama konflik, termasuk dua warga Kanada-Mesir dan dua warga Jerman-Filipina.
- Gencatan senjata 6 minggu di Gaza, dengan izin masuk bantuan kemanusiaan skala besar.
Sebagai imbalan, Hamas meminta Israel membebaskan 150 tahanan Palestina non-politik dan menghentikan operasi militer di Rafah.
Respons Pemerintah Terkait
- Amerika Serikat: Gedung Putih menyambut positif langkah ini. Presiden Joe Biden menegaskan, “Ini langkah awal penting. Kami mendesak semua pihak segera terlibat untuk menyelamatkan nyawa.”
- Israel: Perdana Menteri Benjamin Netanyahu masih bersikap skeptis: “Kami verifikasi dulu keseriusan proposal ini. Hamas sering manipulasi informasi.”
- Kanada dan Jerman: Kedua negara mendesak akses tim forensik internasional untuk identifikasi jenazah.
Latar Belakang Konflik
Sejak 7 Oktober 2023, Hamas menahan 120 sandera asing dan warga Israel. Sebanyak 86 sandera telah dibebaskan dalam kesepakatan November 2023, tetapi proses mandek akibat eskalasi militer Israel di Gaza. Data PBB mencatat, konflik ini telah menewaskan lebih dari 38.000 warga Palestina dan 1.200 orang di Israel.
Peran Mediator
Qatar dan Mesir menjadi penengah kunci dalam negosiasi. Diplomat Qatar, Mohammed Al-Khulaifi, mengungkapkan, “Pembicaraan masih rapuh, tetapi Hamas menunjukkan fleksibilitas tertinggi sejak 8 bulan terakhir.”
Tekanan Keluarga Sandera
Keluarga Yarden Bibas menggelar konferensi pers di Tel Aviv, mendesak Netanyahu menerima proposal. “Ini mungkin kesempatan terakhir menyelamatkan Yarden. Jangan biarkan politik menghalangi,” seru Orna Bibas, ibu Yarden.
Tantangan ke Depan
Analis politik Timur Tengah, Dr. Ehud Yaari, memperingatkan: “Hamas ingin memanfaatkan momentum tekanan global ke Israel. Jika Netanyahu menolak, AS bisa mengurangi dukungan militernya.”
Apa Selanjutnya?
Tim mediator akan bertemu di Kairo, Mesir, pada 20 Juni 2024 untuk merumuskan draf final. Kesepakatan ini berpotensi menjadi pintu masuk menuju gencatan senjata permanen, meski jalan masih panjang.