saintgeorgesflushing – Korea Utara mengklaim telah meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir pertama mereka, yang dinamai “Hero Kim Jong-un”, dalam upacara militer tertutup di Pelabuhan Sinpo pada 15 Agustus 2024. Klaim ini langsung memicu kecaman internasional dan pertanyaan tentang validitas teknis serta implikasi keamanan global.
Latar Belakang dan Klaim Korea Utara
Menurut media resmi Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), kapal selam ini dilengkapi dengan reaktor nuklir miniatur yang memungkinkan operasi bawah laut selama “beberapa tahun tanpa perlu pengisian bahan bakar”. Kapal tersebut juga diklaim mampu membawa hingga 10 rudal balistik SLBM (Submarine-Launched Ballistic Missile) dengan hulu ledak nuklir.
Kim Jong-un menyatakan bahwa proyek ini adalah “lompatan revolusioner” dalam kemampuan deterensi nuklir negara itu. “Musuh mana pun yang berani menyerang Tanah Air akan dihancurkan dalam sekejap oleh kekuatan tak terlihat dari kedalaman laut,” ujarnya.
Analisis Teknis dan Kredibilitas Klaim
Para ahli meragukan klaim Pyongyang. Dr. Jeffrey Lewis dari James Martin Center for Nonproliferation Studies menyebutkan bahwa mengembangkan reaktor nuklir yang cukup kecil untuk kapal selam adalah tantangan besar, bahkan bagi negara maju. “AS butuh puluhan tahun untuk membuat reaktor kapal selam yang aman. Tidak mungkin Korea Utara mencapainya tanpa kebocoran data atau bantuan asing,” katanya.
Beberapa indikator keraguan meliputi:
- Ukuran Reaktor: Reaktor nuklir kapal selam biasanya membutuhkan sistem pendingin kompleks dan ruang besar. Kapal selam Korea Utara yang terlihat di gambar resmi memiliki desain mirip kelas Romeo (kapal selam diesel-konvensional era Soviet), yang tidak cocok untuk reaktor nuklir.
- Uji Coba Terbatas: Tidak ada laporan uji coba reaktor nuklir di laut lepas oleh Korea Utara, yang biasanya terdeteksi oleh sensor radiasi global.
- Riwayat Propaganda: Pyongyang memiliki sejarah membesar-besarkan teknologi militernya, seperti klaim rudal hipersonik yang tidak memenuhi kriteria teknis.
Reaksi Internasional
- Korea Selatan dan AS: Kedua negara menyebut klaim ini sebagai “provokasi berbahaya” dan menegaskan akan memperkuat kerja sama pertahanan. Pentagon mengerahkan kapal perusak USS Ronald Reagan ke Laut Jepang untuk latihan bersama Seoul.
- Jepang: Perdana Menteri Fumio Kishida menyatakan klaim ini “melanggar resolusi DK PBB” dan mendesak masyarakat internasional untuk merespons.
- China dan Rusia: Kedua sekutu Pyongyang tetap diam, tetapi analis menduga mereka khawatir instabilitas regional.
Implikasi Global
Jika klaim Korea Utara valid (meski kecil kemungkinannya), ini akan mengubah paradigma keamanan Asia Timur:
- Deterensi Nuklir: Kapal selam bertenaga nuklir sulit dilacak dan dapat meluncurkan serangan mendadak, meningkatkan risiko perang tak terduga.
- Proliferasi Teknologi: Negara seperti Iran atau Myanmar mungkin tertarik mereplikasi teknologi ini dengan bantuan Pyongyang.
- Eskalasi Regional: Korea Selatan dan Jepang bisa terdorong untuk mengembangkan kapal selam nuklir sendiri, memicu perlombaan senjata.
Klaim Korea Utara lebih mungkin menjadi upaya propaganda untuk memperkuat posisi tawar dalam negosiasi daripada bukti kemampuan nyata. Namun, bahkan ancaman palsu ini berpotensi memicu ketegangan baru di kawasan. Masyarakat internasional, terutama AS dan sekutunya, harus tetap waspada sembari mendorong transparansi dan dialog untuk mencegah miskalkulasi yang berbahaya.