saintgeorgesflushing – Suriah kembali tenggelam dalam kekacauan berdarah setelah konflik antar-faksi pasca-jatuhnya rezim Bashar al-Assad menewaskan 400 orang dalam tiga hari terakhir. Menurut laporan Suriah for Truth and Justice (STJ), pertempuran antara kelompok oposisi, milisi pro-Assad, dan pasukan asing ini disebut sebagai konflik paling mematikan sejak kejatuhan pemerintahan Damaskus pada awal 2024.
Kronologi Konflik Mematikan
Eskalasi dimulai pada Selasa (3 September 2024) saat koalisi Pasukan Pembebasan Nasional (PPN) – gabungan kelompok oposisi moderat – mencoba merebut kendali Kota Homs dari sisa-sisa pasukan loyalis Assad yang didukung milisi Iran. Pertempuran segera meluas ke Aleppo dan Idlib setelah Aliansi Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi ikut campur untuk mengamankan wilayah utara.
- 4 September: Serangan udara tak dikenal menghantam pasar di Homs, menewaskan 68 warga sipil.
- 5 September: Milisi pro-Assad merebut kembali bagian barat Damaskus dengan dukungan drone Rusia.
- 6 September: Pasukan Turki melancarkan operasi darat di Aleppo utara untuk “mengamankan zona penyangga”.
Dampak Kemanusiaan
- 400 korban tegal: 220 kombatan, 167 sipil (termasuk 53 anak-anak), dan 13 pekerja kemanusiaan.
- 150.000 pengungsi baru tercatat, menambah 2 juta pengungsi internal sejak 2024.
- 4 rumah sakit dan 12 sekolah hancur akibat serangan artileri di Idlib.
Direktur STJ, Amina al-Khalaf, menyebut situasi ini “kehancuran berlapis”:
“Tidak ada pihak yang peduli pada rakyat. Mereka berebut kekuasaan sementara warga mati karena bom dan kelaparan.”
Reaksi Internasional
- PBB: Sekjen António Guterres menyerukan gencatan senjata darurat, tetapi Dewan Keamanan PBB gagal sepakat akibat veto Rusia.
- AS: Menuduh Iran dan Rusia “memprovokasi kekerasan” dengan mengirim senjata ke loyalis Assad.
- Turki: Ancam intervensi penuh jika SDF tidak mundur dari perbatasan.
Analisis Politik: Suriah Pasca-Assad
Jatuhnya Assad pada Februari 2024 setelah kudeta internal justru memicu perpecahan lebih dalam. Dr. Karim Abdelhamid dari Carnegie Middle East Center menjelaskan:
Masa Depan Suriah
Para pengamat memprediksi konflik akan semakin rumit dengan masuknya kelompok ISIS yang bangkit kembali. Laporan intelijen Barat menyebut lebih dari 1.500 militan ISIS aktif di gurun Suriah timur, melakukan serangan gerilya di tengah kekacauan ini.
Jeritan Rakyat
Di pengungsian dekat perbatasan Yordania, Fatima (32), yang kehilangan suami dan dua anaknya dalam serangan udara, berujar getir:
“Dulu kami berharap kejatuhan Assad akan membawa damai. Tapi kini, kami rindu stabilitas meski di bawah kediktatorannya.”
Sementara dunia sibuk dengan perang dagang dan krisis iklim, Suriah tetap membara – mengingatkan bahwa kejatuhan seorang tiran tidak serta-merta melahirkan perdamaian, tetapi bisa menjadi awal dari malapetaka yang lebih kelam.