saintgeorgesflushing – Calon wakil presiden dari Partai Republik, JD Vance, baru-baru ini mengungkapkan penyesalan atas cara dia menyampaikan kritik terhadap istilah “wanita kucing yang tidak punya anak.” Komentar tersebut menjadi sorotan publik ketika mantan Presiden Donald Trump menunjuk Vance sebagai calon wakil presidennya. Dalam wawancara dengan The New York Times yang diterbitkan pada Sabtu (12/10), Vance menyebut cara penyampaian kritiknya itu sebagai “bodoh.”
“Saya tentu berharap saya mengatakannya dengan cara yang berbeda,” ungkap Vance. Meskipun begitu, dia menegaskan bahwa ia tetap berpegang pada pendiriannya tentang pernyataan yang dia sampaikan sebagai kandidat Senat AS dalam wawancara tahun 2021 dengan Tucker Carlson. Dalam wawancara tersebut, Vance berbicara mengenai para pemimpin Partai Demokrat, termasuk Wakil Presiden Kamala Harris, yang ia kritik dengan istilah yang kontroversial itu.
Vance menjelaskan bahwa maksud dari komentarnya adalah untuk mengkritik pilihan hidup yang menurutnya tidak sesuai, bukan untuk menyerang mereka yang tidak dapat memiliki anak karena alasan medis atau sosial. “Saya tidak ingin mengkritik mereka yang tidak dapat memiliki anak. Kita tidak berbicara tentang orang-orang seperti itu,” tegasnya.
Komentar Vance ini sebelumnya telah memicu kontroversi dan mendapatkan banyak tanggapan dari publik. Istilah “wanita kucing” sendiri sering digunakan dalam konteks negatif untuk merujuk kepada perempuan yang dianggap lebih memilih hidup bebas tanpa memiliki anak. Banyak pihak merasa istilah tersebut merendahkan dan menyudutkan perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik karena pilihan pribadi maupun kondisi tertentu.
Meskipun ada penyesalan atas cara penyampaian kritiknya, Vance tetap berkomitmen untuk melanjutkan kampanyenya dan berdiskusi tentang isu-isu yang menurutnya penting. Ia percaya bahwa pernyataannya sebelumnya masih relevan dalam konteks perdebatan politik saat ini, terutama terkait dengan kebijakan sosial dan populasi.
“Saya akan terus berbicara tentang isu-isu ini dengan cara yang lebih baik di masa depan,” tambah Vance, menunjukkan niatnya untuk belajar dari pengalaman ini dan meningkatkan cara berkomunikasi.
Insiden ini menggambarkan betapa pentingnya cara penyampaian pendapat dalam dunia politik. JD Vance, meskipun mengakui kesalahannya dalam pengungkapan, tetap berpegang pada keyakinannya tentang isu-isu yang ia angkat. Diharapkan ke depannya, diskusi tentang topik sensitif dapat dilakukan dengan lebih hati-hati dan penuh pertimbangan agar tidak menyinggung pihak-pihak tertentu, terutama dalam konteks sosial yang kompleks.